Rubin.id
MOTIVASI PERBUATAN MANUSIA DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS
18 April 2023 Motivasi Tokoh Muslim dilihat 401x
Oleh : Samudera Timur
Setiap Manusia mempunyai dorongan untuk melakukan aktivitas yang tidak terlepas dari motivasi. Motivasi inilah yang menjadikan landasan setiap individu dalam melakukan perbuatan. Ketika seseorang melakukan aktivitas yang tidak memiliki motivasi, maka orientasi dalam memenuhi keinginannya akan mengalami ketidakjelasan, tidak terstruktur, atau bahkan tidak ada nilainya. Seperti halnya seseorang bekerja. Maka makna bekerja tersebut tidak lepas dari sebuah motivasi yang dimiliki seseorang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, membeli benda yang diinginkan, mencapai pangkat yang tinggi, atau mencari ridha Allah. Dan tidak mungkin bahwa Bekerja dilakukan hanya manjadi sebuah aktivitas atau kegiatan saja tanpa adanya motivasi seseorang. Motivasi ini juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya perbuatan yang dilakukan manusia.
Muhammad Ismail dalam Bukunya “Al-Fikr” menguraikan motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan aktivitasnya dibagi menjadi 3 hal :
Motivasi Materi atau Kebendaan (al-quwwah al-madiyyah), yang meliputi tubuh manusia dan alat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan Jasmani
Motivasi Emosional atau Psikologi (al-quwwah al-ma’nawiyah), berupa kondisi kejiwaan yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki oleh seseorang
Motivasi Spiritual (al-quwwah ar-ruhiyyah), berupa kesadaran seseorang bahwa dirinya memiliki hubungan erat dengan Allah SWT.
Tiga motivasi inilah yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan, dimana masing-masing motivasi yang telah disebutkan diatas mempunyai pengaruh masing-masing.
Mari kita uraikan satu persatu :
1. Motivasi Materi atau Kebendaan (Al-Quwwah Al-Madiyyah)
Motivasi ini berasal dari Kebutuhan Jasmani (hajatul udhuwiyyah) dan Naluri (Gharaiz) yang merupakan fitrah yang dimiliki setiap manusia. Uang, mobil, rumah, atau barang-barang yang lain adalah alat yang dapat mendorong naluri manusia untuk memiliki dengan melakukan aktivitas tertentu sehingga semuanya dapat diperoleh. Orang yang menginginkan hadiah Jutaan Rupiah disebuah acara kuis, maka orang tersebut harus memenuhi Syarat dan ketentuan yang berlaku serta melakukan berbagai hal, sekalipun bertentangan dengan syariat islam demi mendapatkan sebuah materi. Maka, Motivasi materi dan kebendaan ini dinilai sangat lemah, mudah dipatahkan dan hilang. Jika perbuatan manusia dibangun berdasarkan motivasi seperti ini pasti tidak akan pernah berhasil dan bersifat temporal saja. Motivasi materi dan kebendaan hanya meliputi pemenuhan tubuh manusia dan alat yang diperlukan kebutuhan jasmani saja. Karena itu, motivasi ini tidak bisa dijadikan landasan untuk membangun perbuatan yang sahih dalam diri seseorang.
2. Motivasi Emosional atau Psikologi (Al-Quwwah Al-Ma’nawiyah)
Jika dibandingkan dengan Motivasi materi dan kebendaan, Motivasi yang kedua ini hasil dan pengaruhnya lebih kuat namun motivasi ini juga tidak tahan lama dan tidak konstan. Sebab motivasi tersebut meliputi kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang yang sangat temporal. Contoh, perlawanan yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang telah merusak nama baiknya adalah perbuatan yang didorong oleh kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang. Untuk melakukan perbuatan tersebut seseorang kadang-kadang mampu mengorbankan materi, tenaga atau apa saja yang dimiliki.
Contoh satu hal, Gerakan Reformasi Indonesia misalnya secara psikologis rakyat merasa tertekan karena Pemerintahan Kala itu dan kroni-kroninya ketika mereka mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan pribadinya, akibatnya jumlah rakyat miskin memang sangat banyak. Kondisi kejiwaan ini ditambah dengan krisis Ekonomi pada pertengahan tahun 1997, yang dianggap sebagai kesalahan pemerintahan Soeharto yang berakibat rakyat Indonesia semakin tertekan dan menderita. Kondisi inilah yang memicu lahirnya gerakan reformasi, hingga mengorbankan nyawa para “budak” reformasi. Namun setelah Soeharto berhasil diturunkan pada awal 1998 gerakan yang banyak dipelopori kaum muslimin itu akhirnya terhenti. Kehilangan orientasi, arah dan tujuan yang tidak jelas. Sebaliknya, kelompok non-muslim selama pemerintahan sebelumnya banyak tertindas atau karena tidak ingin dikuasai oleh kelompok Islam, bangkit melakukan gerakan reformasi tandingan.
Inilah gambaran motivasi psikologi dan emosional jika dibandingkan dengan motivasi materi dan kebendaan. Sebab, Pemahaman (Mahfum) yang dijadikan landasan untuk memenuhinya lebih tinggi daripada materi dan kebendaan. Meskipun demikian, motivasi emosional atau psikologi ini tetap tidak bisa dijadikan landasan perbuatan untuk membangun aktivitas manusia. Jika motivasi ini digunakan tentu tidak akan berhasil meskipun ada yang berhasil namun hanya Temporal karena kondisi ini sewaktu-waktu bisa dialihkan dan dapat berubah sesuai kejiwaan seseorang.
3. Motivasi Spiritual (Al-Quwwah Ar-Ruhiyyah)
Berbeda jika motivasi yang digunakan sebagai landasan adalah motivasi spiritual, yaitu motivasi yang berdasarkan prinsip perintah dan larangan Allah SWT. Motivasi yang lahir dari Kesadaran seorang muslim karena dirinya mempunyai hubungan erat dengan Allah, Zat Yang Maha Tahu seluruh perbuatannya, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Juga Zat yang akan meminta pertanggungjawaban atas semua perbuatannya. Kesadaran inilah yang mampu mendorongnya untuk melakukan perbuatan apa saja, meskipun untuk melakukannya dia harus mengorbankan jiwa, raga, dan hartanya.
Inilah motivasi yang mengalahkan segala-galanya. Karena motivasi inilah seseorang tidak akan pernah putus asa atau menyesal, ketika gagal atau telah mengorbankan semua yang dimilikinya.
Contohnya bisa dilihat pada motivasi para sahabat ketika Rasulullah saw pergi berjihad ke medan perang Badar. Jumlah Pasukan kaum muslimin waktu itu hanya 300 lebih berapa puluh saja. Sedangkan kaum kafir Quraisy lebih dari 1000 orang. Sebagai manusia biasa, Rasulullah saw merasa ragu dan khawatir dengan keadaan kaum muslimin melihat tiga kali lipat lebih besar dibanding jumlah mereka. Kekhawatiran beliau terlihat dari tindakannya mengajak kaum muslimin bermusyawarah sebanyak 3 kali dengan membahas permasalahan yang sama. Sampai akhirnya orang-orang Anshar sadar bahwa yang beliau inginkan sebenarnya adalah sikap mereka.
Waktu itu Sa’ad bin Mu’adz berkata kepada beliau Rasulullah saw :
_“Sepertinya Tuan ragu pada kami wahai Rasulullah. Tuan juga sepertinya khawatir, bahwa orang-orang Anshar, sebagaimana yang terlihat dalam pandanganmu, tidak akan menolongmu, kecuali di negeri mereka. Saya bicara atas nama orang-orang Anshar, dan memberi jawaban berdasarkan sikap mereka. Bawalah kami pergi bersamamu sebagaimana tuan kehendaki. Ikatlah tali siapapun yang tuan kehendaki. Dan putuskanlah ikatan siapa saja yang tuan kehendaki. Dan ambillah dari harta siapapun di antara kami yang tuan kehendaki. Dan berikanlah mana saja yang tuan kehendaki. Apa saja yang tuan ambil, niscaya lebih kami sukai daripada yang tuan tinggalkan. Demi allah, kalau seandainya tuan menempuh perjalanan bersama kami hingga ke Barak al-Ghamad (Sebuah kota di Ethiopia), pasti kami semua akan tetap bersamamu. Dan Demi Allah, kalau seandainya tuan mengajak kami untuk menyeberangi lautan sekalipun, pasti akan kami seberangi bersamamu._
*[lihat ‘Abd al-Wahhab, Mukhtashar Sirat ar-Rasul saw., hal.111; at-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Mulk, Juz III, hal. 42-43.]*
Setelah itu mendadak raut muka Rasulullah saw. Berubah menjadi berseri-seri atas pernyataan sikap kaum muslimin. Nabi Muhammad saw tidak khawatir lagi sebab beliau mengetahui motivasi mereka berperang bukan karena materi (Jumlah Mereka), maupun karena motivasi emosional, melainkan semata-mata patuh atas perintah Allah SWT dan utusan-Nya.
Dengan demikian, motivasi yang shahih dan kuat untuk membangun aktivitas manusia sehingga berhasil merealisasikan tujuannya adalah motivasi spiritual. Dengan motivasi ini seseorang akan terus menerus berusaha tanpa mengenal lelah dan putus asa sampai akhirnya dengan Izin Allah SWT berhasil merealisasikan apa yang dicita-citakannya. Jika motivasi ini dimiliki oleh kaum muslimin saat ini, meskipun secara materi mereka kalah karena ketertinggalan di bidang Sains dan teknologi, tentu mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk mengorbankan apa saja yang mereka miliki demi mengembalikan kejayaan Islam.
_Wallaualam bi shawab_
*)berbagai sumber